Al Insan: Prasangka Buruk

Jumaat, 17 April 2009

Prasangka Buruk

Bismillahirohmanirohim...
hari ini saya ingin menarik perhatian dan membincangkan masalah bersangka buruk pada rakan atau orang yang berhampiran dengan kita.Sikap buruk sangka dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman yang bermaksud:
Hai orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan daripada prasangka, sesungguhnya sebahagian daripada prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu mengumpat sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang.(Surah al-Hujuraat, ayat 12)

didalam ayat ini kita dapat mengambil iktibar bahawasanya Allah melarang kita supaya tidak bersangka buruk pada orang lain dan Allah juga telah memberi peringatan kepada kita supaya tidak mebawa atau menyebarkan berita yang tidak benar kepada orang lain.

Daripada Abi Hurairah berkata: Bersabda Rasulullah SAW yang bermaksud: “Aku peringatkan kamu daripada prasangka sesungguhnya prasangka itu adalah bisikan yang paling bohong. Dan janganlah kamu mencari-cari rahsia (kelemahan, keaiban dan keburukan saudaranya), janganlah berasakan (yang bukan-bukan), janganlah kamu melakukan pertengkaran, jangan berhasad (dengki), jangan berbenci-bencian, janganlah membelakangkan (saudaramu seagama). Dan jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara.” (Hadis riwayat al-Bukhari)

Untuk menjamin persaudaraan Allah S.W.T telah memberikan beberapa petunjuk sesuai yang dengan jenis persaudaraan yang diperintahkan.
Katakanlah, "Wahai Ahli Al-Kitab, marilah kepada satu kalimat kesepakatan yang tidak ada perselisihan diantara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah, dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun, dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling (tidak setuju), katakanlah kepada mereka, "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang Muslim" (QS Ali 'Imran [3]:64).

Kami atau kamu pasti berada dalam kebenaran atau kesesatan yang nyata. Katakanlah, "Kamu tidak akan ditanyai (bertanggungjawab) tentang dosa yang kami perbuat, dan kami tidak akan ditanyai (pula) tentang hal yang kamu perbuat." Katakanlah, "Tuhan kita akan menghimpun kita semua, kemudian menetapkan dengan benar (siapa yang benar dan salah) dan Dialah Maha Pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui (QS 34: 24-26).

dan Khalifah Umar bin Khattab menyatakan: “Janganlah kamu menyangka dengan satu kata pun yang keluar daripada seorang saudaramu yang mukmin kecuali dengan kebaikan yang engkau dapatkan bahawa kata-kata itu mengandungi kebaikan.”

Berlapang dada membuatkan hati kita merasa tenang dan senang. Ia membuka jalan kepada kemaafan sesama insan dan keampunan daripada Tuhan. Allah berfirman yang bermaksud: “…dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahawa Allah mengampunimu? Dan Allah maha pengampun, maha penyayang.” (Surah an-Nur, ayat 22)

Seorang Muslim bersaudara dengan Muslim lainnya. Dia tidak menganiaya, tidak pula menyerahkannya (kepada musuh). Barangsiapa yang memenuhi pemintaan saudaranya, Allah akan memenuhi pula harapannya.Barangsiapa yang melapangkan dan seorang Muslim suatu
kesulitan, Allah akan melapangkan baginya satu kesulitan pula dan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya di hari kemudian. Barangsiapa yang menutup aib seorang Muslim, Allah akan menutup aibnya di hari kemudian.(Dari riwayat At-Tirmidzi dari Abu Hurairah)
Oleh kerana itu kita hendaklah menyiasat dan menyelidik berita yang tiba adalah satu langkah bijak bagi mengelakkan bibit buruk sangka. Terutama jika yang membawa khabar itu di kalangan mereka yang fasik dan kufur.

Peringatan ini diberikan oleh Allah dalam firman-Nya yang bermaksud: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidiklah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan.” (Surah al-Hujuraat, ayat 6)

Saling bermaafan bukanlah satu aktiviti khusus menjelang hari raya semata-mata. Ia seharusnya dilakukan sepanjang masa. Bermaafanlah sesama kaum keluarga dan sahabat handai apabila berlaku keterlanjuran secara sengaja atau tidak. Bermaafan tidak memerlukan bayaran yang tinggi. Sedangkan ia perbuatan yang dipuji dan akan diganjari pahala banyak oleh Allah.

Allah berfirman yang bermaksud: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.”
Surah al-A’raf, ayat 199)

Sesungguhnya menurut banyak riwayat, Allah SWT melihat apa yang ada di kedalaman hati hambaNya. Itu artinya, prasangka dalam hati juga tak pernah luput dari pantauan Allah SWT. Hal ini perlu diangkat ke permukaan, karena dalam keadaan yang serba kekurangan ini,adalah sangat mungkin sikap saling berprasangka menjadi lumrah terjadi.Dengan mengamati kelemahan dan kekurangan diri akan membuatkan kita lebih insaf bahawa kita juga tidak terlepas daripada melakukan kesilapan. Hanya manusia angkuh saja yang memiliki pendirian bahawa dirinya tidak pernah bersalah dan berdosa.

Tiada ulasan: