“Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (Al-Ankabut : 2-3)
Tiada yang akan dibiarkan Allah sekadar mengatakan kami telah beriman, sebelum ia diuji. konsekuensi iman adalah ujian. Dalam syurga ada tingkatan-tingkatan. Dan untuk menempatkan makhlukNya, Allah memberikan ujian-ujian. Dan sungguh kita tak sendiri. Orang-orang sebelum kita pun telah diuji, maka Allah memiliki hujjah atas orang-orang yang berjihad dan bersabar.
Mengapa ujian terasa begitu berat? Yang pasti, Ia tak membebani hambaNya di luar kesanggupannya. Tetapi, jangan salah mengertikan. Kalau ujian itu hadir untuk kita, artinya Allah maha Tahu bahawa kita mampu menanggungnya. Selebihnya, adalah soal kemauan untuk menghadapi dan bukannya melarikan diri. Kesungguhan untuk mengatasi dan bukannya bertiarap. Meski, rasa manusiawi adalah kewajaran.
Di saat apapun, barakah itu membawakan kebahagiaan. Sebuah kenikmatan dan kegembiraan di hati, kelapangan dada, kejernihan akal, dan rasa nikmat di jasad. Barakah itu memberi suasana lain dan mencurahkan keceriaan musim semi, apa pun masalah yang sedang membadai rumahtangga kita. Barakah itu membawakan senyum meski air mata menitik-nitik. Barakah itu menyerapkan kerindu di tengah kejengkelan. Barakah itu menyediakan dakapan dan belaian lembut di saat dada kita sesak oleh masalah.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan